jakarta dan pisang

 


Kau kalian dan siapapun, selamat masih bisa bernafas saat membaca ini. Salam serta selamat saya ucapkan semoga anda semua dapat terbebas dari jeratan hutang yang membuat anda setres mendekati sinting.

Sebuah cerita dari isi kepala yang kurang, semoga anda senang, sedikit tenang, tidak tegang, kalau kerja tidak magang.


Sore dengan motor bersuara rombeng, dengan percaya diri membelah jalan daerah kebayoran yang memang jam pulang kantor maka macet tidak terelakan. Anak muda kekinian ynag kurang makan masih gelisah sambil berkhayal, “andai saja apa yang di depanku semua terbang ke awang, jalanan menjadi lenggang aku dapat cepat makan” khayalnya.

Di tengah lamunan, iya melihat seorang tua renta dengan payah mendorong gerobak berisi pisang. Iya mencoba acuh tidak perduli namun sayang iya masih memiliki nurani tidak seperti anjing senayan yang gemuk yang harusnya mati. Dengan sigap dan insting hati nurani, iya menghampiri orang tua itu dan memarkir motornya begitu saja di badan jalan, yang membuat umpat, caci, hina terlontar yang harusnya umpat dan cacian itu untuk menteri korupsi sialan.

Anak muda itu lalu membantu menaikan gerobak ke trotoar bak seperti di sebuah acara televisi setingan yang membantu seseorang hanya demi rating yang penuh kepalsuan, entah apa  yang membuat hati nurani yang sebenarnya mendekati mati, iya menyodorkan beberapa uang yang sebenarnya uang itu iya gunakan untuk makan di warteg jablay yang pelayannya genit dan senang memutar lagu dangdut.

Selesai membantu, kembali iya menyalakan motor sialan yang membuat siapa yang mendengar menjadi jantungan, dengan penuh kesabaran dan kesadaran kembali berjalan, seolah memamerkan sebuah kemirisan yang harus iya lakonkan agar iya terlihat tidak menyedihkan.

Sampailah di kontrakan sarang merpati, yang berposisi di lantai dua yang tidak menyenangkan karena jika terdiam di sana seolah kita seperti pizza sedang di panggang, panas dan menyebalkan menjadi teman. Entah apa yang membisiki, entah iblis atau apa sajalah terserah anda. Iya tergoda kasur dan bantal kusam yang sepreinya tidak pernah di cuci dari pertama membeli, iya membeli seprei itu satu tahun lalu saat mendapat THR dari tempat bekerja. Iya begitu ingin merebah dan berbaring tanpa pikir panjang iya mulai berbaring dan terlelap.

Suara-suara aneh terdengar, membuat tidur sorenya terganngu. Suara seperti seorang wanita yang iya kenal bertahun lamanya, tapi suara itu bukan suara pacar atau istri karena iya tidak mempunyai karena kurang menarik minat wanita untuk mendekatinya, tapi suara wanita itu suara ibunya dan mulai mengingat apa hari ini lebaran? Karena iya akan mendengar suara ibunya secara langsug hanya pada saat iya pulang kampung pada saat mendekati hari lebaran.

Memaksakan membuka mata, terkejut yang biasanya saat terbangun sarapan pertamanya adalah gambar baliho calon gubernur tukang cekik yang di pakai menambal dinding triplek tipis, namun kali ini yang iya dapati sarapan matanya, lampu terang dan suster montok yang lemak di lehernya menimbun, bertanyalah dimana aku berada.

Lalu ada seorang yang mengatakan, “dia bangun dia bangun” seolah mendapat uang korupsi benih lobster iya berteriak senang, dengan sedikit tenaga tersisa bertanya iya aku dimana? Lalu entah siapa yang mengatakan “anda di rumah sakit, sudah enam hari anda koma” tercengang dunia seperti hancur terkena nuklir korea utara, padahal iya merasa belum sampai satu jam iya tadi tertidur di kontrakan.

Kembali di jelaskan, ternyata iya tertabrak iring-iringan mobil kepresidenan seminggu yang lalu, dan yang menjelaskan bahwa iya dan tukang pisang yang iya bantu tertabrak iirng-iringan yang membawa kendaraan ugal-ugalan, karena presiden sudah tidak tahan ingin membuang apa yang sudah iya makan, iya memakan lobster dengan nasi dari bansos.

Walau tidak percaya anak muda ini akhirnya di paksa percaya, pada saat pulang ke kontrakan iya melihat setandan pisang yang iya ingat itu adalah pisang jualan milik orang tua yang iya bantu, pisang masih segar, dan bertanya kepada ibunya, “ini pisang milik siapa?” sang ibu menjawab karena kemarin ada seorang anak memberi pisang ini, penasaran akhirnya iya mencoba mencari tahu dan ternyata yang memberi pisang itu adalah anak orang tua penjual pisang yang iya bantu, lalu sang anak menjelaskan bahwa bapaknya telah meninggal dan berpesan untuk memberikan pisang itu, dengan pesan “saya menjual pisang bukan meminta uang, jika anda memberi uang kepada saya maka harus ada yang keluar dari saya. Karena saya pedagang” pungkasnya.

إرسال تعليق

0 تعليقات