Aku tidak sinting kau tidak sinting, lantas siapa yang sinting?

 




 

selamat hari ini kita anda yang membaca masih bernyawa, syukur kita lambungkan ke awang. mungkin kita pernah merasa benar dan orang lain salah, tapi apa kamu pernah berpikir bahwa orang lain pun sama, mereka menganggap diri mereka benar dan kita salah. jika hal itu di pertemukan dalam satu ruang dan waktu yang sama apa yang akan terjadi? saling bacok, tawuran, atau saling berangkulan tangan sambil nyanyi indonesia raya? mari kita mulai, kami sajikan anda yang emosian.


Suatu negara menganggap negara demokrasi, namun nilai-nilai demokrasi di suatu negara itu kian memudar seperti baju para pemulung. Negara itu membuat demokrasi sampah yang menumpuk di sudut kamar yang malas untuk di buang, sinar demokrasi di negara ini seperti neon WC umum di pasar redup tinggal lima wat.

Kejadian demi kejadian bermunculan di negara yang menganggap demokrasi ini, kejadian-kejadian itu di tangani seolah tanpa demokrasi, lah terus pake apa dong? Pake nafsu, memperalat hukum dan aparat di jadikan tumbal menjaga ke kuasaan. Kejadian-kejadian di negara itu seolah membenturkan aparat dengan masyarakat atau dengan suatu ormas.

Sejatinya aparat melindungi masyarakat bukan menjadikan masyarakat musuh seperti teroris atau garong, sebaliknya masyarakat pula jangan menganggap aparat sebagai musuh. Tapi kini seolah berbeda aparat dengan aksi dan besar kepala seolah ingin mempertontonkan kekuatan, siapa yang bersebrangan tangkap kriminalkan bak musuh negara, katanya demokrasi beda pendapat kok di bui?.

Ada kejadian penghilangan nyawa manusia, aparat yang merasa benar dan itu adalah tindakan heroik kaya superman. Lalu ada suatu golongan yang korban penghilangan nyawa dari golongannya, menampik setiap anggapan aparat. Lantas bagaimana jadinya? Publik di buat bingung kepayang sebenarnya yang mana yang bener itu, bahkan publik menganggap ini hanya pengalihan isu untuk menutupi kejadian lain agar masyarakat lupa akan kejadian lalu yang merugikan negara. Tapi mau itu pengalihan isu atau apapun, penghilangan nyawa seorang manusia tidak di benarkan, karena bukan tugas manusia menghilangkan nyawa sesama manusia, lah ini kok ribet ngurusin nyawa sesama manusia.

Tidak bisakah mereka yang bersebrangan duduk atau sila bareng, menghilangkan ego dan sombong yang hadir di antara mereka, menyampaikan pendapat dengan dewasa mencari titik terang dan jalan keluar. Bukan saling besar kepala (jangan besar kepala nanti gak bisa pake helm) dan mengedepankan ego. Mungkin indah pada saat konfrensi pers mereka menyampaikan bersama-sama tentang keterangan apa yang terjadi seperti sahabat baik dari masih bayi.

Pernahkah kamu kalian berpikir bahwa ada seseorang yang mengendalikan segala kekacauan ini? Padahal suatu golongan yang anggotanya tewas, tidak pernah meminta atau memerintahkan hal jelek bagi negara, mereka meminta agar negara meminta menindak tegas koruptor, menutup tempat maksiat, menutup hal-hal yang berbau dosa. Apakah permintaan itu salah menyalahi hukum membuat negara rugi, mereka meminta hal-hal baik bukan mau merugikan negara atau mengubah ideologi (yang jelas-jelas mau merubah ideologi aman-aman aja tuh) sekarang ada kelompok lain yang menganggap bahwa kelompok ini ingin merubah ideologi, logika isi kepala pake, mereka mau merubah dengan apa? Kekuatan politik tidak punya, senjata tidak punya lantas anggapan apa bahwa mereka mau merubah ideologi negara.

Mungkin ada yang ketakutan hilang kekuasaan, ingat kekuasaan sementara di kuburan tidak di tanya kamu dari partai apa, atau memegang jabatan apa. Tapi amalan semasa hiduplah yang akan menyelamatkan, bagi aparat yang culas kalian punya anak istri jangan sampai mereka menelan karma atas perbuatanmu, bagi aparat yang baik dan jujur, teruskanlah karena itu mungkin bisa menyelamatkan mu dari siksa kubur.

إرسال تعليق

0 تعليقات