lidah-lidah bikin geli

 




Salam kehidupan warga bumi, apa kalian warga bumi siap menerima sesuatu yang tidak bermanfaat? Jika anda siap, siapkan mental dan kewarasan, jangan sampai anda menjadi linglung akibat apa yang saya buat.

Pendidikan di negara kita, hanya fokus mencetak generasi hedonisme, materialistis, lupa akan pendidikan agama dan adab. Karena sekolah-sekolah konfensional hanya fokus mencetak murid mereka menjadi seorang robot bernyawa, dengan didikan materi dunia, mengukur kesuksesan dari harta benda yang di punya.

Melihat dan merasakan sendiri, bagaimana pendidikan sekarang di negara yang mengklaim negara kaya. Sekolah-sekolah fokus akan siswa yang di cetak untuk menjadi seorang yang menganggap harta dan kesuksesan dunia adalah sebuah keberhasilan, namun keberhasilan seseorang bukan di anggap oleh apa yang di dapat, materi yang melimpah seperti air di kolam lele, yang akhirnya siswa menjadikan tolak ukur keberhasilan adalah materi yang melimpah ruah. Sedangkan keberhasilan akan hal yang lebih bermanfaat dari materi mereka lupakan. Ketika pendidikan agama dan akhlak hanya menjadi, hiasan jadwal pelajaran tidak di terapkan, jangan salahkan siswa hasil cetakan keberhasilan materi,  tidak mempunyai adab dan akhlak yang mempuni. Yang akhirnya seolah generasi penerus merosot sampai telanjang adab dan akhlak mereka.

Miris sekali, negara yang mempunyai sumber alam yang kaya tanah subur, tambang-tambang milik penguasa serakah, tiidak membuat pendidikan di negara ini maju dan gratisan biaya pendidikan. Negara yang selalu mengklaim negara ini kaya, tapi masih ada anak bangsa yang tidak dapat menyicip indah pendidikan, bahkan hanya sebatas melihat pendidikan layak di tempat mereka. Jadi kalau bener kaya bukan pura-pura kaya, lantas kemana hasil kekayaan itu sampai masih banyak anak bangsa yang tidak dapat hak pendidikan layak.

Selama ini kita bertanya, kemana hasil kekayaan bumi kita? Di makan oleh tuan serakah kah yang rakus segala doyan, emas doyan, tanah doyan, batu bara apa lagi,  sampai dana bansos pun doyan apa lagi lobster doyan banget. Para pemimpin negeri sibuk megurusi hal tak pasti, yang tidak bermanfaat yang tidak berfaedah akan masyarakat. Rakyat tidak butuh jalan beraspal, atau jembatan, jika hak rakyat di kesampingkan. Rakyat butuh makan, kesehatan gratisan, pendidikan layak, lapangan pekerjaan. Jadi seolah lupa akan tugas dan tanggung jawab mereka wakil rakyat yang menang dengan serangan fajar atau para tuan terhormat yang berpendidikan yang ternyata doyan ngemaling.

Ketika di kritik mereka mulai beraksi bersilat lidah, “hargailah pemerintah kami sedang berusaha dan bekerja keras, jangan cuman nuntut doang” hey boneka wayang yang di kendalikan dalang, itu sudah tugas mu mendengar dan mewujudkan keinginan rakyat, selama ini kalian bilang, sabar-sabar kita sedang bekerja tapi mana hasil nyata, dari jaman orang jarang punya tv ngebualnya gitu aja, yah sudahlah terserah kalian boneka wayang, kalau kami kehilangan kepercayaan jangan membujuk dan merajuk seperti bocah ingin mainan agar kami kembali percaya janji manis semanis gula aren tukang cendol.

Jika benar kalian bekerja untuk rakyat, buktikan dengarkan keinginan rakyat. Bukan nyuruh aparat untuk di tumbalkan seolah rakyat musuh aparat, ingat semua ada balasan atas kerusakan dan perbuatan yang kalian lakukan, lambat laun akan kau dapat baik di dunia maupun di akhirat.

Walaupun tidak di lihat atau di dengar, oleh wakil rakyat atau pemerintah tapi saya tidak berada di kubu orang-orang haus jabatan doyan jilat pantat, doyan cari muka, karena mukanya telah di gadaikan demi jabatan dan kekuasaan semu. Jangan lupa tetap sehat agar tetap bisa menerima kenyataan yang seolah negara dan pemerintah sedang bermain wayang yang di dalangi dalang sesat yang tak mati-mati.

Post a Comment

0 Comments