Assalamualaikum sahabatku, semoga kesehatan dan keselamatan bagi mu tercurah dari allah swt.
Masih ingat kah kau pada diriku sahabatku, lelaki kurus
berhidung runcing yang dahulu kita pernah saling mengunjungi negeri satu sama
lain. Bagaimana kabarmu sehatkah? Atau mengerang seperti ku, yah aku memang
sedang mengerang saat ini, bukan hanya jasad ku yang mengerang tapi hati ku pun
sama atas perbuatan mereka teroris berseragam yang tak ingin di sebut teroris,
namun tingkah polah sebagai teroris.
Mungkin kau terkejut saat kau menerima surat ku ini, di
tengah kemajuan teknologi, masih ada manusia yang mengirim surat dengan kertas,
itupun dengan kertas sisa dari reruntuhan sekolah yang sengeja di hancurkan
dengan rudal oleh teroris berseragam. Bukan tanpa alasan surat yang ku kirim
bukan surat elektronik seperti yang sering kau kirim kepada sahabat mu yang
lain, tapi sudah satu bulan alat mengirim surat elektronik ku di rampas oleh
teroris berseragam itu, pada saat kesemena-menaan mereka semakin berlebihan,
aku mencoba melawan. Namun sayang aku tertangkap dan semua yang ada pada diriku
mereka ambil, termasuk alat pengirim suratku.
Sahabatku, negeri ku sedang tidak baik sekali, mungkin kau
pun tahu dari TV rumah mu yang menyajikan berita tentang negara ku. Sahabatku,
di sini seolah aku menikahi rasa sakit dengan mahar senjata api dan peluru,
bahkan aku mulai bersahabat dengan rudal dan peluru tajam yang setiap saat bisa
mengkhianatiku (membunuhku) lalu rasa lapar dan jeritan tetanggaku seolah menjadi
sebuah bunyi orkes musik yang menyedihkan, yang di pentaskan di panggung
beralas tanah dan pasir di sengat perkasa matahari.
Sahabatku, aku mendengar dari orang yang hatinya luas dan
kebaikannya bak ombak di lautan ganas tinggi dan besar kebaikan yang iya
berikan pada negeriku, dan iya berasal dari negerimu. Iya berkata, bahwa
negerimu sama tidak sedang bak saja, fitnah dan kekejaman mereka yang
berseragam bagai nasi di meja makan, yang setiap hari jadi santapan. Orang baik
dari negerimu pun bercerita, bahwa pemimpin negerimu seolah manusia kafir yang
tetap dengan keras kepala iya mengaku seorang muslim, namun nilai ke kafiran
iya pertontonkan pada penghuni negerimu.
Aku percaya kepada orang baik yang berasal dari negerimu
ini, lantas apa yang kau perbuat untuk mengalahkan ke sesatan pemimpin mu? Aku
yakin kau akan bertindak membuat suatu pergerakan dengan tujuan mulia
menghancurkan kebatilan dan keserakahan. Namu
aku sedikit sedih, karena orang baik yang berasal dari negerimu ini
berkata, bahwa anak negeri mu begitu senang dengan apa kebiasaan
manusia-manusia yang menggiring pada neraka, semoga saja kau tidak atau bukan
bagian dari mereka.
Sahabatku, negeri kita sama sedang kacau tidak baik, namun
ada yang membedakan. Mungkin di tengah ke kacauan negerimu, engkau masih bisa
tertidur lelap tanpa ketakutan rudal menghantam rumahmu, mungkin di tengah
kisruh negerimu, kau masih bisa menemukan setetes ilmu dari apa yang di sebut
pendidikan, berbeda halnya denganku, jangankan untuk setetes ilmu, sebutir gandum
belum tetntu aku temukan setiap hari. Sahabatku kita sama berjuang, kita sama
melawan. Namun aku melawan dengan suatu yang keras dan tajam, tapi engkau
melawan dengan jarimu yang runcing dengan tulisan.
Kau masih ingat ayah ku? Yang dahulu senang jika kau ikut
dengannya untuk memanen kurma di ladang keluarga. Kini iya telah di panggil
sang pencipta dengan perantara manusia zionis meracun makanan yang di samarkan
sebagai makanan bantuan dari sukarelawan. Dan adikku yang bermata biru apa kau
masih kenal iya, kini iya harus menanggung beban badannya dengan satu kaki,
karena perbuatan mereka si yahudi yang dengan senang hati menghancurkan negeri
kami. Sahabatku jika kau punya waktu, aku ingin berjumpa denganmu, bicara
tentang mereka yang mengejar dunia dengan mengorbankan nyawa manusia tidak
berdosa. Aku hampir lupa, ada lagi satu kesamaan negeri mu dan negeri ku, yaitu
para ulama yang memegang teguh ajaran agama kita dan sunah rasul, sudah
terbiasa sepertinya mereka merasakan kejamnya sangkar hewan yang di jadikan
untuk manusia.
Ingat sahabatku, kita akan mulia dan menguasai dunia, itu
sudah janji yang maha kuasa, dan mereka yang menjadi musuh kita sebenarnya
sadar mengetahuinya, maka mereka dengan sekuat tenaga coba menghancurkan kita.
Demikian surat yang ku buat semoaga kau selalu dalam
lindungan sang pencipta yang maha mulia, lalu jika kita tidak bisa bertemu di
dunia semoga kita bertemu di surga sana nanti.
WASSALAMU’ALAIKUM
0 Comments