Ada nasi tidak mak?





Selamat pagi, sore, siang, malam dan kapan pun, berbagi isi kepala untuk ini hari dari saya yang sedang kurang senang, apa anda sama kurang senang? Jika iya jangan mendekati jembatan atau tempat tinggi lainnya takut ke hasut setan. Mari kita saksikan dan resapi kedalam hati yang hampir mati apa yang kami sajikan. Lets go kalau kata anak now mah.

Kemiskinan memang sudah menjadi istri setia bagi suatu negara, betapa pun telah berusaha negara bercerai dengan kemiskinan, namun nyatanya tetap tidak sampai di persidangan pengadilan agama. Mungkin diam-diam negara sebenarnya suka dengan kemiskinan, betapa tidak masih banyak warga isi negara yang masih menjadi babu kemiskinan, negaranya kawin dengan kemiskinan rakyatnya jadi babu kemiskinan. Lah bagaimana bisa? Yah bisa selama negara hanya mementingkan kelompok golongan nya saja.

Di rumah ubin dengan atap bolong, bocah kampung merengek kepada ibunya. Bukan karena ingin beli hp android atau baju baru, tapi iya merengek karena perutnya pedih belum menggiling apa yang namanya nasi. Hanya air putih yang singgah di perut tidak membuat kenyang. Sang emak memutar otak dan pikiran bagaimana agar iya dan anaknya dapat mengunyah nasi walau tanpa lauk, karena saat ini uang atau apapun yang bisa di tukar dengan beras atau nasi pun tiada. Namun yang menjadi miris bagi manusia yang berhati adalah, kiri kanan rumah bocah kampung dan emaknya ini, adalah rumah milik keluarga yang secara duit tidak menjadi masalah, namun mereka apatis atau lupa atau apalah terserah.

Tetangga bocah kampung dan ibu nya, mereka keluarga miskin di tinggal mati kepala keluarga, kepala keluarga mati karena penyakit TBC yang di idap, sempat di rawat di salah satu rumah sakit daerah, namun sayang penanganan tidak memuaskan. Iya hanya di beri impusan dan obat alakadarnya bahkan tidak sempat masuk kedalam kelas perawatan, dengan alasan sang suster montok bahwa kelas penuh. Namun nyatanya jika ada yang mau sedikit mengeluarkan uang dan berkordinasi dengan suster montok, maka kelas akan mendadak kosong. Aneh yah kok bisa gitu? Dan ini realita penanganan kesehatan di negara yang kawin dengan kemiskinan.

Sang emak terus mencari jalan keluar tentang masalah laparnya, dan memutuskan keluar dari rumah untuk sedikit mencari peruntungan. Langkahnya pelan di gelayuti kegelisahan di punggungnya, pohon di pinggir jalan seolah meneriaki dirinya yang hina karena menganggap tidak mampu menghadirkan sepiring nasi untuk ananknya. Lalu iya melintas kedepan halaman rumah yang waktu pemilk rumah ini mencalonkan menjadi anggota dewan iya memilihnya. Dengan sopan sambil berkata permisi iya melintas, karena nampak sang tuan dewan sedang membaca koran di teras rumah, sang anggota dewan melirik dan memperhatikan lalu niatan setan mulai masuk kedalam pikiran.

Letih juga si emak berjalan, iya tiba di sebuah warung makan lumayan. Iya bingung apa yang harus di lakukan, tapi karena hatinya sangat pedih jika melihat anaknya mengerang kelaparan lalu di putusnya urat malu di otaknya, dengan memelas kepada penjaga keamanan iya mengatakan apakah ada makanan sisa yang mungkin akan di buang, lantas petugas keamanan menanyakan untuk apa itu, dengan malu dan sempat hati dan otak berkelahi di dalam jiwanya, iya mengatakan untuk anaknya makan, beruntung petugas keamanan masih punya hati, iya membeli dua bungkus makananan dari uang sendiri untuk si emak. Ada perasaan senang memang di dalam dada si emak, namun otak mengoloknya dan berkata bahwa dia tidak tahu malu, dan membisikan untuk tidak menerimanya.

Saat di perjalanan pulang yang terasa ringan karena bahan bakar perut telah di tangan, iya kembali melewati rumah tuan dewan, dan tuan dewan masih ada di teras dan masih sama membaca koran yang isinya bualan media yang menyebalkan. Sang dewan kembali melirik sang emak karena si emak mengucapkan permisi tanda menghargai sang dewan, pikiran setan yang sudah menguasai kepala sang dewan, memerintahkan untuk memanggil sang emak yang masih berjalan, sang emak kaget saat iya di panggil. Lalu iya mendekat dan menanyakan maksud dan tujuan sang dewan memanggilnya, dengan sedikit basa basi hasutan setan, sang dewan akan mengunjungi rumah yang layak seperti kandang sapi itu dengan alasan akan membantu merehab dengan mengajukan ke dinas terkait, sedikit senang si emak mendengar dan mengatakan terima kasih pada sang dewan. Sang dewan menjanjikan iya akan bertandang setelah magrib.

Bocah kampung begitu senang tak tala melihat bungkusan yang sudah pasti penghilang kelaparan, dan menyarankan sang emak untuk segera menghidangkan. Dan mereka makan seperti orang hampir kesurupan. Gema adzan magrib menggema di kampung itu, ada perasaan sedikit senang karena sang dewan akan datang, namun ada sedikit kebingungan yang mencekam, karena iya bingung apa nanti yang harus di suguhkan, satu-satunya yang bisa sang emak suguhkan hanya air putih kosong hanya itu  sesuatu yang bisaq di masukan ke dalam perut yang iya punya.

Pintu kusam hampir habis di makan rayap terdengar di ketuk, dan sang emak sudah menduga bahwa yang datang sang dewan, iya membukakan pintu dan mempersilakan masuk kepada sang dewan. Lalu dengan basa basi yang isinya harapan sang dewan, iya memberi penawaran bagi sang emak, penawaran yang mungkin bisa membuat iya tidak kelaparan. Memang sang emak janda muda di tinggal mati kepala keluarga masih memiliki daya tarik yang membuat lelaki pikiran setan ingin menjamahnya, dan sekarang sang dewan menawarkan agar tubuh si emak dapat memuaskan nafsu setan yang bersemayam. Lalu hati dan pikiran di tambah juga setan saling berunding di dalam jiwa si emak, tawaran menggiurkan dan juga menakutkan. Akal sehat si emak yang semula masih aman, mulai hilang dengan segala rayuan anggota dewan.

Antara mengiyakan atau menolak, namun seolah hilang rasa malu iya meminta jalan selain melayani anggota dewan yang sekiranya dapat menguntungkan dan tidak perlu pemuasan nafsu setan anggota dewan. Namun anggota dewan tetap kukuh dengan nafsu setan, seolah yang kehilangan iman sang emak mengiyakan dengan syarat bahwa anggota dewan harus memberi uang untuk iya dan anaknya makan setiap harinya. Seoalh dunia menyoraki kemenangan sang dewan nafsu hewan dan setan mulai berjalan, di lakukanlah aksi bejat yang sangat menghinakan.

Betapa seorang emak, rela jadi pelacur anggota dewan demi anaknya agar tidak mengerang kelaparan. Begini lah potret suatu kehidupan di negara api. Kemiskinan telah membawa seseorang seolah manusia kehilangan iman, kami rakyat miskin meminta kepada supir negara pekerjaan yang mungkin tidak membuat kaya, namun perut bisa menggiling makanan. Karena kami tidak mau menggadaikan iman atau kehormatan agar terbebas dari lapar. Jangan salahkan apa yang haram dan dapat menghasilkan uang merajalela di negeri api, karena mereka ingin lepas menjadi budak kemiskinan, lalu uang yang bertriliun banyaknya, yang hasil ngutang pergi entah kemana, di pinggiran rel, di pasar-pasar, di pinggir kali dan kampung kumuh masih banyak mereka bergulat dengan kelaparan.

Uang yang katanya bertriliun hasil ngutang, lalu yang katanya negara kaya, tidak mampu membuat semua warga negara bebas dari kelaparan dan kemiskinan, jika ini terus terjadi lalu apa tugas mu hei pemimpin negeri? Kalian setiap hari rapat demi rakyat tapi mana hasil nyata, di curi wewe gombel atau tuyul kah. Fenomena di atas adalah sebuah kenyataan bukan fiksi atau narasi yang di buat untuk menaikan rating. Kalian sowan di tv, media, di koran, megatakan stateman yang seolah benar tapi sayang tidak menghasilkan. Jangan karena ingin jabatan kalian rela menjilat kotoran penguasa, mending kalian menjilat untuk kemakmuran rakyat, tapi ini kalian hanya mementingkan mereka yang satu golongan, lantas kalian mengharapkan jabatan hanya untuk menuntaskan kepuasan nafsu setan yang tamak. Apa kalian mengerti tugas dan tanggung jawab kalian. Jangan-jangan kalian mengharapkan satu jabatan agar hanya mendapat uang yang nominalnya jauh lebih besar dari selama menjadi tukang jilat pantat tukang bohong.

Sekian lah keburu lapar saya, dan akhirnya jadi emosian atas apa yang di buat. Jika kalian masih punya hati nurani, masih punya idealisme. Bergerak kita tagih janji-janji yang mereka mengaku seorang terhormat, kita bergerak menuntut apa itu kelayakan kita tidak menuntut mereka agar mereka turun ke tempat-tempat miskin dan hanya menghasilkan janji yang terus di ingkari. Mari bergerak dan perlihatkan kepada mereka bahwa kemiskinan bukan mitos, lakukan aksi dengan nurani, berjuang walau hanya lewat kata bukan tindakan setidaknya kita memperlihatkan dimana posisi kita, apa berpihak kepada mereka yang dzalim atau berpihak atas tuntutan keadilan. Sekian ingat TETAP BERNAFAS.

Post a Comment

1 Comments